A.Pengertian Zaman Logam
sejarahindonesiaraya1.blogspot.co.id Zaman perundagian
atau zaman logam adalah salah satu tahapan kehidupan manusia purba berdasarkan
arkeologi. Berdasarkan alat-alat yang ditinggalkan, zaman pra-aksara dibagi
menjadi dua yaitu zaman batu dan zaman logam atau zaman perundagian. Manusia
purba di Indonesia hanya mengalami zaman perunggu tanpa melalui zaman tembaga.
Kebudayaan zaman perunggu merupakan hasil asimilasi antara bangsa proto melayu
dengan deutro melayu. Pada zaman logam terdapat kemampuan dalam membuat logam
yang terpengaruh dari kebudayaan Dongson dari Vietnam. Kebudayaan tersebut
menyebar di nusantara kira-kira sekitar tahun 500 SM.
Pada zaman logam,
masyarakat sudah mengenal pembagian kerja atau dengan kata lain pada masa ini
sudah terdapat tingkatan masyarakat. Hal ini dikarenakan tidak semua orang
memiliki logam dan tidak semua orang bisa membuat alat-alat yang terbuat dari
logam. Kehidupan ekonomi yang mengandalkan lahan berpindah sudah berganti
dengan lahan tetap. Pengelolaan pertanian sudah dilakukan dengan lebih maju
dibandingkan zaman batu. Namun tidak berarti alat-alat dari batu sudah tidak
digunakan lagi pada zaman logam. Masyarakat pada zaman logam sudah hidup
teratur yang diikat dengan norma-norma dan nilai yang berlaku. Sudah terdapat
pemimpin masyarakat dengan menggunakan system primus interperes. Pada zaman
logam inilah sudah terdapat kontak dengan kebudayaan asing dengan bukti
beberapa lukisan yang ada pada alat-alat yang terbuat dari logam
Pada zaman logam
masyarakat menggunakan alat-alat yang terbuat dari logam.
Cara pembuatan
logam dibagi menjadi dua yaitu:
1.teknik
bivalve (setangkap) dan taknik a cire perdue (cetakan lilin). Teknik bivalve
menggunakan dua cetakan yang terbuat dari batu dan dapat ditangkapkan
(dirapatkan). Cetakan tersebut diberi lubang bagian atasnya kemudian dari
lubang tersebut dituangkan logam cair. Bila logam sudah dingin kemudian
tankepan dibuka terbentuklah benda yang diinginkan. Pembuatan benda yang
berongga dengan teknik bivalve, maka pada bagian yang ingin diberi rongga
dikasih tanah liat sehingga nanti saat logam sudah dingin bagian yang diisi
oleh tanah liat bisa menjadi rongga.
2. Teknik a cire perdue yaitu cetakan lilin. Pembuatan
benda-benda perunggu diawali dengan membuat bentuk benda logam dari lilin yang
berisi tanah liat sebagai intinya. Bentuk lilin bisa dihiasi dengan berbagai
corak yang diinginkan dan kemudian dibungkus dengan tanah liat. Pada bagian
atas dibuat lobang guna memasukan cairan logam. Bila logam sudah dingin,
cetakan tersebut dipecah untuk mengambil benda yang sudah jadi. Cetakan ini
hanya bisa digunakan satu kali saja.
B.Peninggalan Pada Zaman
Logam
1.Bejana
Bentuk
bejana perunggu seperti gitar Spanyol tetapi tanpa tangkainya. Pola hiasan
benda ini berupa pola hias anyaman dan huruf L.Bejana ditemukan di daerah
Madura dan Sumatera.
2.Nekara
Nekara ialah semacam berumbung dari perunggu
yang berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atapnya tertutup. Pada nekara
terdapat pola hias yang beraneka ragam. Pola hias yang dibuat yaitu pola
binatang, geometrik, gambar burung, gambar gajah, gambar ikan laut, gambar
kijang, gambar harimau, dan gambar manusia. Dengan hiasan yang demikian
beragam, maka nekara memiliki nilai seni yang cukup tinggi. Beberapa tempat
ditemukannya nekara yaitu Bali, Sumatra, Sumbawa, Roti, Leti, Selayar, Alor,
dan Kepulauan Kei. Di Bali ditemukan nekara yang bentuknya besar dan masyarakat
di sana mempercayai bahwa benda itu jatuh dari langit.Nekara tersebut disimpan
di sebuah pura (kuil) di desa Intaran daerah Pejeng. Puranya diberi nama Pura
Panataran Sasih (bulan). Di Alor banyak ditemukan nekara dengan bentuk kecil
tapi memanjang. Nekara ini disebut moko. Hiasan-hiasan yang ada pada nekara di
Alor ini bergambar, bentuk hiasannya ada yang merupakan hiasan jaman Majapahit.
Hubungan antarwilayah di Indonesia diperkirakan sudah terjadi pada masa
perundagian dengan ditemukannya nekara. Hal ini dapat dilihat dari Nekara yang
berasal dari Selayar dan Kepulauan Kei dihiasi gambar-gambar gajah, merak, dan
harimau. Sedangkan binatang yang tercantum pada nekara tersebut tidak ada di di
daerah itu. Hal ini menunjukkan bahwa nekara berasal dari daerah Indonesia
bagian barat atau dari benua Asia. Hal yang menarik lagi ditemukannya nekara di
Sangean. Nekara yang ditemukan di daerah ini bergambar orang menunggang kuda
beserta pengiringnya yang memakai pakaian orang Tartar. Dengan adanya gambar
tersebut menunjukkan terjadi hubungan bangsa Indonesia pada saat itu dengan
Cina. Jadi, hubungan antara Indonesia dengan Cina sudah ada sejak zaman
perunggu. .
3.Kapak
corong
Kapak
ini disebut kapak corong karena bagian atasnya berbentuk corong yang sembirnya
belah. Benda ini terbuat dari logam. Ke dalam corong itu dimasukkan tangkai
kayunya yang menyiku pada bidang kapak. Kapak tersebut disebut juga kapak
sepatu, karena hampir mirip dengan sepatu bentuknya. Ukuran kapak kecil itu
beragam, ada yang kecil dan sangat sederhana, besar memakai hiasan, pendek besar,
bulat, dan panjang sisinya. Ada kapak corong yang satu sisinya disebut
candrasa. Tempat ditemukannya kapak tersebut yaitu di Sumatra Selatan, Bali,
Sulawesi Tengah dan Selatan, pulau Selayar, dan Irian dekat danau Sentani.
Kapak yang beragam bentuknya tersebut, tidak semua digunakan sebagaimana
layaknya kegunaan kapak sebagai alat bantu yang fungsional. Selain itu, kapak
juga digunakan sebagai barang seni dan alat upacara, seperti candrasa. Di
Yogyakarta, ditemukan candrasa yang dekat tangkainya terdapat hiasan gambar
seekor burung terbang sambil memegang candrasa.
4.Perhiasan
Manusia pada perundagian sudah memiliki
apresiasi yang cukup terhadap seni. Hal ini dibuktikan ditemukannya berbagai
hiasan. Hiasan yang ditemukan berupa gelang tangan, gelang kaki, cincin,
kalung, dan bandul kalung. Bendabenda tersebut ada yang diberi pola hias dan
ada yang tidak. Benda yang diberi pola hias seperti cincin atau gelang yang
diberi pola hias geometrik. Ditemukan pula cicin yang berfungsi bukan untuk
perhiasan, tetapi sebagai alat tukar. Cincin yang seperti ini ukurannya sangat
kecil bahkan tidak bisa dimasukkan ke dalam jari anak. Tempat-tempat
ditemukannya benda-benda tersebut antara lain Bogor, Malang, dan Bali.
Perhiasan-perhiasan lainnya yang ditemukan pada masa perundagian yaitu
manik-manik. Pada masa prasejarah manik-manik banyak digunakan untuk upacara,
bekal orang yang meninggal (disimpan dalam kuburan), dan alat tukar. Pada masa
perundagian, bentuk manik-manik mengalami perkembangan. Pada zaman prasejarah
lebih banyak terbuat dari batu, sedangkan pada masa ini sudah dibuat dari kulit
kerang, batu akik, kaca, dan tanah-tanah yang dibakar. Manik-manik memiliki
bentuk yang beragam, ada yang berbentuk silindris, bulat, segi enam, oval, dan
sebagainya. Di Indonesia beberapa daerah yang merupakan tempat ditemukannya
manik-manik antara lain Bogor, Sangiran, Pasemah, Gilimanuk, dan Besuki.
5.Perunggu
Pada masa perundagian dihasilkan pula
arca-arca yang terbuat dari logam perunggu. Dalam pembuatan arca ini dilakukan
pula dengan menuangkan cairan logam. Patung yang dibuat berbentuk beragam, ada
yang berbentuk manusia dan binatang. Posisi manusia dalam bentuk arca itu ada
yang sedang menari, berdiri, naik kuda dan sedang memegang panah. Arca binatang
itu ada yang berupa arca kerbau yang sedang berbaring, kuda sedang berdiri, dan
kuda dengan pelana. Tempat ditemukan arca-arca tersebut yaitu di Bangkinang
(Provinsi Riau), Lumajang, Palembang, dan Bogor.
sumber:gurusejarah.com
No comments:
Post a Comment