Thursday 22 October 2015

Indonesia Zaman Logam

     A.Pengertian Zaman Logam

  sejarahindonesiaraya1.blogspot.co.id Zaman perundagian atau zaman logam adalah salah satu tahapan kehidupan manusia purba berdasarkan arkeologi. Berdasarkan alat-alat yang ditinggalkan, zaman pra-aksara dibagi menjadi dua yaitu zaman batu dan zaman logam atau zaman perundagian. Manusia purba di Indonesia hanya mengalami zaman perunggu tanpa melalui zaman tembaga. Kebudayaan zaman perunggu merupakan hasil asimilasi antara bangsa proto melayu dengan deutro melayu. Pada zaman logam terdapat kemampuan dalam membuat logam yang terpengaruh dari kebudayaan Dongson dari Vietnam. Kebudayaan tersebut menyebar di nusantara kira-kira sekitar tahun 500 SM.
     Pada zaman logam, masyarakat sudah mengenal pembagian kerja atau dengan kata lain pada masa ini sudah terdapat tingkatan masyarakat. Hal ini dikarenakan tidak semua orang memiliki logam dan tidak semua orang bisa membuat alat-alat yang terbuat dari logam. Kehidupan ekonomi yang mengandalkan lahan berpindah sudah berganti dengan lahan tetap. Pengelolaan pertanian sudah dilakukan dengan lebih maju dibandingkan zaman batu. Namun tidak berarti alat-alat dari batu sudah tidak digunakan lagi pada zaman logam. Masyarakat pada zaman logam sudah hidup teratur yang diikat dengan norma-norma dan nilai yang berlaku. Sudah terdapat pemimpin masyarakat dengan menggunakan system primus interperes. Pada zaman logam inilah sudah terdapat kontak dengan kebudayaan asing dengan bukti beberapa lukisan yang ada pada alat-alat yang terbuat dari logam
     Pada zaman logam masyarakat menggunakan alat-alat yang terbuat dari logam.
     Cara pembuatan logam dibagi menjadi dua yaitu:
     1.teknik bivalve (setangkap) dan taknik a cire perdue (cetakan lilin). Teknik bivalve menggunakan dua cetakan yang terbuat dari batu dan dapat ditangkapkan (dirapatkan). Cetakan tersebut diberi lubang bagian atasnya kemudian dari lubang tersebut dituangkan logam cair. Bila logam sudah dingin kemudian tankepan dibuka terbentuklah benda yang diinginkan. Pembuatan benda yang berongga dengan teknik bivalve, maka pada bagian yang ingin diberi rongga dikasih tanah liat sehingga nanti saat logam sudah dingin bagian yang diisi oleh tanah liat bisa menjadi rongga.
     2. Teknik  a cire perdue yaitu cetakan lilin. Pembuatan benda-benda perunggu diawali dengan membuat bentuk benda logam dari lilin yang berisi tanah liat sebagai intinya. Bentuk lilin bisa dihiasi dengan berbagai corak yang diinginkan dan kemudian dibungkus dengan tanah liat. Pada bagian atas dibuat lobang guna memasukan cairan logam. Bila logam sudah dingin, cetakan tersebut dipecah untuk mengambil benda yang sudah jadi. Cetakan ini hanya bisa digunakan satu kali saja.
 B.Peninggalan Pada Zaman Logam
       1.Bejana
           Bentuk bejana perunggu seperti gitar Spanyol tetapi tanpa tangkainya. Pola hiasan benda ini berupa pola hias anyaman dan huruf L.Bejana ditemukan di daerah Madura dan Sumatera.
        
           2.Nekara
               Nekara ialah semacam berumbung dari perunggu yang berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atapnya tertutup. Pada nekara terdapat pola hias yang beraneka ragam. Pola hias yang dibuat yaitu pola binatang, geometrik, gambar burung, gambar gajah, gambar ikan laut, gambar kijang, gambar harimau, dan gambar manusia. Dengan hiasan yang demikian beragam, maka nekara memiliki nilai seni yang cukup tinggi. Beberapa tempat ditemukannya nekara yaitu Bali, Sumatra, Sumbawa, Roti, Leti, Selayar, Alor, dan Kepulauan Kei. Di Bali ditemukan nekara yang bentuknya besar dan masyarakat di sana mempercayai bahwa benda itu jatuh dari langit.Nekara tersebut disimpan di sebuah pura (kuil) di desa Intaran daerah Pejeng. Puranya diberi nama Pura Panataran Sasih (bulan). Di Alor banyak ditemukan nekara dengan bentuk kecil tapi memanjang. Nekara ini disebut moko. Hiasan-hiasan yang ada pada nekara di Alor ini bergambar, bentuk hiasannya ada yang merupakan hiasan jaman Majapahit. Hubungan antarwilayah di Indonesia diperkirakan sudah terjadi pada masa perundagian dengan ditemukannya nekara. Hal ini dapat dilihat dari Nekara yang berasal dari Selayar dan Kepulauan Kei dihiasi gambar-gambar gajah, merak, dan harimau. Sedangkan binatang yang tercantum pada nekara tersebut tidak ada di di daerah itu. Hal ini menunjukkan bahwa nekara berasal dari daerah Indonesia bagian barat atau dari benua Asia. Hal yang menarik lagi ditemukannya nekara di Sangean. Nekara yang ditemukan di daerah ini bergambar orang menunggang kuda beserta pengiringnya yang memakai pakaian orang Tartar. Dengan adanya gambar tersebut menunjukkan terjadi hubungan bangsa Indonesia pada saat itu dengan Cina. Jadi, hubungan antara Indonesia dengan Cina sudah ada sejak zaman perunggu. .
            3.Kapak corong
               Kapak ini disebut kapak corong karena bagian atasnya berbentuk corong yang sembirnya belah. Benda ini terbuat dari logam. Ke dalam corong itu dimasukkan tangkai kayunya yang menyiku pada bidang kapak. Kapak tersebut disebut juga kapak sepatu, karena hampir mirip dengan sepatu bentuknya. Ukuran kapak kecil itu beragam, ada yang kecil dan sangat sederhana, besar memakai hiasan, pendek besar, bulat, dan panjang sisinya. Ada kapak corong yang satu sisinya disebut candrasa. Tempat ditemukannya kapak tersebut yaitu di Sumatra Selatan, Bali, Sulawesi Tengah dan Selatan, pulau Selayar, dan Irian dekat danau Sentani. Kapak yang beragam bentuknya tersebut, tidak semua digunakan sebagaimana layaknya kegunaan kapak sebagai alat bantu yang fungsional. Selain itu, kapak juga digunakan sebagai barang seni dan alat upacara, seperti candrasa. Di Yogyakarta, ditemukan candrasa yang dekat tangkainya terdapat hiasan gambar seekor burung terbang sambil memegang candrasa.
             4.Perhiasan
                Manusia pada perundagian sudah memiliki apresiasi yang cukup terhadap seni. Hal ini dibuktikan ditemukannya berbagai hiasan. Hiasan yang ditemukan berupa gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung, dan bandul kalung. Bendabenda tersebut ada yang diberi pola hias dan ada yang tidak. Benda yang diberi pola hias seperti cincin atau gelang yang diberi pola hias geometrik. Ditemukan pula cicin yang berfungsi bukan untuk perhiasan, tetapi sebagai alat tukar. Cincin yang seperti ini ukurannya sangat kecil bahkan tidak bisa dimasukkan ke dalam jari anak. Tempat-tempat ditemukannya benda-benda tersebut antara lain Bogor, Malang, dan Bali. Perhiasan-perhiasan lainnya yang ditemukan pada masa perundagian yaitu manik-manik. Pada masa prasejarah manik-manik banyak digunakan untuk upacara, bekal orang yang meninggal (disimpan dalam kuburan), dan alat tukar. Pada masa perundagian, bentuk manik-manik mengalami perkembangan. Pada zaman prasejarah lebih banyak terbuat dari batu, sedangkan pada masa ini sudah dibuat dari kulit kerang, batu akik, kaca, dan tanah-tanah yang dibakar. Manik-manik memiliki bentuk yang beragam, ada yang berbentuk silindris, bulat, segi enam, oval, dan sebagainya. Di Indonesia beberapa daerah yang merupakan tempat ditemukannya manik-manik antara lain Bogor, Sangiran, Pasemah, Gilimanuk, dan Besuki.
             5.Perunggu

                 Pada masa perundagian dihasilkan pula arca-arca yang terbuat dari logam perunggu. Dalam pembuatan arca ini dilakukan pula dengan menuangkan cairan logam. Patung yang dibuat berbentuk beragam, ada yang berbentuk manusia dan binatang. Posisi manusia dalam bentuk arca itu ada yang sedang menari, berdiri, naik kuda dan sedang memegang panah. Arca binatang itu ada yang berupa arca kerbau yang sedang berbaring, kuda sedang berdiri, dan kuda dengan pelana. Tempat ditemukan arca-arca tersebut yaitu di Bangkinang (Provinsi Riau), Lumajang, Palembang, dan Bogor.
sumber:gurusejarah.com

No comments:

Post a Comment