Zaman paleolitikum
zunittasafitry.blogspot.co.idZaman batu adalah
suatu periode ketika peralatan manusia secara dominan terbut dari batu walaupun
ada pula alat-alat penunjang hidup manusia yang terbuat dari kayu ataupun
bambu. Namun alat-alat yang terbuat dari kayu atau tulang tersebut tidak
meninggalkan bekas sama sekali. Hal ini disebabkan karena bahan-bahan tersebut
tidak tahan lama. Dalam zaman ini alat-alat yang dihasilkan masih sangat kasar
(sederhana) karena hanya sekadar memenuhi kebutuhan hidup saja. Zaman batu tua
diperkirakan berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang lalu, yaitu selama masa
pleistosen (diluvium). Pada zaman paleolithikum ini, alat-alat yang mereka
hasilkan masih sangat kasar.Paleolitikum atau zaman batu tua disebut demikian
sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah
atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya periode ini disebut
masa berburu dan meramu makanan tingkat sederhana. Manusia pendukung zaman ini
adalah Pithecantropus Erectus, Homo Wajakensis, Meganthropus Paleojavanicus dan
Homo Soloensis. Fosil-fosil ini ditemukan di sepanjang aliran sungai Bengawan
Solo. Mereka memiliki kebudayaan Pacitan dan Ngandong. Kebudayaan Pacitan pada
tahun 1935, Von Koenigswald menemukan alat-alat batu dan kapak genggam di
daerah Pacitan. Cara kerjanya digenggam dengan tangan. Kapak ini dikerjaan
dengan cara masih sangat kasar. Para ahli menyebut alat pada zaman
Paleolithikum dengan nama chopper. Alat ini ditemukan di Lapisan Trinil. Selain
di Pacitan, alat-alat dari zaman Paleplithikum ini temukan di daerah Progo dan
Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Selatan).
CIRI-CIRI ZAMAN PALEOLITHIKUM
1. Jenis Manusia
Berdasarkan penemuan fosil manusia purba,
jenis manusia purba hidup pada zaman Paleolitikum adalah Pithecanthropus
Erectus, Homo Wajakensis, Meganthropus paleojavanicus, dan Homo Soliensis.
Fosil ini ditemukan di aliran sungai Bengawan Solo.
2.Kebudayaan
Berdasarkan daerah penemuannya maka alat-alat kebudayaan
Paleolithikum tersebut dapat dikelompokan menjadi kebudayaan pacitan dan
kebudayaan ngandong.
a. Kebudayaan Pacitan
Pada tahun 1935, von Koenigswald
menemukan alat batu dan kapak genggam di daerah Pacitan. Kapak genggam itu
berbentuk kapak tetapi tidak bertangkai. Kapak ini masih dikerjakan dengan
sangat kasar dan belum dihaluskan. Para ahli menyebutkan bahwa kapak itu adalah
kapak penetak. Selain di Pacitan alat-alat banyak ditemukan di Progo dan
Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi (Jawa Barat), dan Lahat (Sumatera Utara)
b.
Kebudayaan Ngandong
Para ahli berhasil menemukan alat-alat
dari tulang, flakes, alat penusuk dari tanduk rusa dan ujung tombak bergigi di
daerah Ngandong dan Sidoarjo. Selain itu di dekat Sangiran ditemukan alat
sangat kecil dari betuan yang amat indah. Alat ini dinamakan Serbih Pilah, dan
banyak ditemukan di Cabbenge (Sulawesi Selatan) yang terbuat dari batu-batu
indah seperti kalsedon. Kebudayaan Ngandong juga didukung oleh penemuan lukisan
pada dinding goa seperti lukisan tapak tangan berwarna merah dan babi hutan
ditemukan di Goa Leang Pattae (Sulawesi Selatan)
Zaman Paleolithikum ditandai
dengan kebudayan manusia yang masih sangat sederhana. Ciri-ciri kehidupan
manusia pada zaman Paleolithikum, yakni:
1. Hidup berpindah-pindah (Nomaden)
2. Berburu (Food Gathering)
3. Menangkap ikan
ALAT-ALAT ZAMAN
PALEOLITHIKUM
Pada zaman ini alat-alat terbuat dari batu
yang masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat tersebut adalah:
1. Kapak Genggam
Kapak genggam banyak ditemukan di daerah
Pacitan. Alat ini biasanya disebut "chopper" (alat penetak/pemotong)
Alat ini dinamakan kapak genggam karena alat tersebut serupa dengan kapak,
tetapi tidak bertangkai dan cara mempergunakannya dengancara menggenggam.
Pembuatan kapak genggam dilakukan dengan cara memangkas salah satu sisi batu
sampai menajam dan sisi lainnya dibiarkan apa adanyasebagai tempat menggenggam.
Kapak genggam berfungsi menggali umbi, memotong, dan menguliti binatang.
2. Kapak Perimbas
Kapak perimbas berpungsi untuk merimbas kayu,
memahat tulang dan sebagai senjata. Manusia kebudayan Pacitan adalah jenis
Pithecanthropus. Alat ini juga ditemukan di Gombong (Jawa Tengah), Sukabumi
(Jawa Barat), lahat, (Sumatra
selatan), dan Goa Choukoutieen
(Beijing). Alat ini paling banyak ditemukan di daerah Pacitan, Jawa Tengah
sehingga oleh Ralp Von Koenigswald disebut kebudayan pacitan
3. Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa
Salah satu alat peninggalan zaman
paleolithikum yaitu alat dari tulang binatang. Alat-alat dari tulang ini
termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kebanyakan alat dari tulang ini berupa alat
penusuk (belati) dan ujung tombak bergerigi. Fungsi dari alat ini adalah untuk
mengorek ubi dan keladi dari dalam tanah. Selain itu alat ini juga biasa
digunakan sebagai alat untuk menangkap ikan
4. Flakes
Flakes yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari
batu Chalcedon, yang dapat digunakan untuk mengupas makanan. Flakes termasuk
hasil kebudayaan Ngandong sama seperti alat-alat dari tulang binatang. Kegunaan
alat-alat ini pada umumnya untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan
buah-buahan.
. HASIL
KEBUDAYAAN MESOLITHIKUM
1. Kebudayaan Pebble (Pebble Culture)
a.Kjokkenmoddinger (Sampah Dapur)
Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal
dari bahasa Denmark yaitu kjokken artinya dapur dan modding artinya sampah jadi
Kjokkenmoddinger arti sebenarnya adalah sampah dapur. Dalam kenyataan
Kjokkenmoddinger adalah timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput yang
mencapai ketinggian ± 7 meter dan sudah membatu atau menjadi fosil.
Kjokkenmoddinger ditemukan disepanjang pantai timur Sumatera yakni antara
Langsa dan Medan. Dari bekas-bekas penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia
purba yang hidup pada zaman ini sudah menetap. Tahun 1925 Dr. P.V. Van Stein
Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya banyak
menemukan kapak genggam yang ternyata berbeda dengan chopper (kapak genggam Palaeolithikum).
b.Pebble
(kapak genggam Sumatera = Sumateralith)
Tahun 1925, Dr. P.V. Van Stein Callenfels
melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya menemukan kapak
genggam. Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut dinamakan
dengan pebble/kapak genggam Sumatra (Sumatralith) sesuai dengan lokasi
penemuannya yaitu dipulau Sumatra. Bahan-bahan untuk membuat kapak tersebut
berasal batu kali yang dipecah-pecah.
c. Hachecourt (kapak pendek)
Selain pebble yang diketemukan
dalam bukit kerang, juga ditemukan sejenis kapak tetapi bentuknya pendek
(setengah lingkaran) yang disebut dengan hachecourt/kapak pendek.
d.Pipisan
Selain kapak-kapak yang ditemukan dalam bukit
kerang, juga ditemukan pipisan (batu-batu penggiling beserta landasannya). Batu
pipisan selain dipergunakan untuk menggiling makanan juga dipergunakan untuk
menghaluskan cat merah. Bahan cat merah berasal dari tanah merah. Cat merah
diperkirakan digunakan untuk keperluan religius dan untuk ilmu sihir.
ZAMAN MEGALITIKUM
1.PENGERTIAN MEGALITIKUM
Megalitikum
berasal dari kata mega yang berarti besar, dan lithos yangberarti batu. Zaman
Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar,karena pada zaman ini manusia
sudah dapat membuat dan meningkatkankebudayaan yang terbuat dan batu-batu
besar. kebudayaan ini berkembang dari zaman Neolitikum sampai zamanPerunggu.
Pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan. Walaupunkepercayaan mereka
masih dalam tingkat awal, yaitu kepercayaanterhadap roh nenek moyang,
Kepercayaan ini muncul karena pengetahuanmanusia sudah mulai meningkat.
2.KEBUDAYAAN MEGALITIKUM
Peninggalan kebudayaan
megalithikum ternyata masih dapat Anda lihat sampai sekarang, karena pada
beberapa suku-suku bangsa di Indonesia masih memanfaatkan kebudayaan
megalithikum tersebut. Contohnya seperti suku Nias.
Adapun beberapa
hasil-hasil kebudayaan pada zaman megalitikum adalah sebagai berikut:
Punden berundak :
terbuat dari batu untuk meletakan sesaji
dolmen : meja batu
yang digunakan untuk meletakan sesaji
waruga : kubur batu
yang berbentuk kubus
kubur batu : tempat
menyimpan mayat
Sarkofagus : kubur
batu yang berbentuk lesung
1. Menhir
Menhir adalah bangunan
yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati roh nenek
moyang, sehingga bentuk menhir ada yang berdiri tunggal dan ada yang
berkelompok serta ada pula yang dibuat bersama bangunan lain yaitu seperti
punden berundak-undak. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah
Pasemah (Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan. Untuk mengetahui
bentuk-bentuk menhir,
Bangunan menhir yang dibuat oleh masyarakat prasejarah tidak berpedoman kepada
satu bentuk saja karena bangunan menhir ditujukan untuk penghormatan terhadap
roh nenek moyang. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah
(Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan. Untuk mengetahui
bentuk-bentuk menhir, maka simaklah gambar-gambar berikut ini.
Bangunan menhir yang dibuat oleh masyarakat prasejarah tidak berpedoman kepada
satu bentuk saja karena bangunan menhir ditujukan untuk penghormatan terhadap
roh nenek moyang. Selain menhir terdapat bangunan yang lain bentuknya, tetapi
fungsinya sama yaitu sebagai punden berundak-undak
2. Punden Berundak-undak
Punden berundak-undak
adalah bangunan dari batu yang bertingkat-tingkat dan fungsinya sebagai tempat
pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal.
Bangunan tersebut dianggap sebagai bangunan yang suci, dan lokasi tempat
penemuannya adalah Lebak Sibedug/Banten Selatan dan Lereng Bukit Hyang di Jawa
Timur.
3.Dolmen
Dolmen merupakan meja dari batu
yang berfungsi sebagai tempat meletakkan saji-sajian untuk pemujaan. Adakalanya
di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan mayat, agar mayat tersebut tidak dapat
dimakan oleh binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup
rapat oleh batu.
Dengan demikian dolmen yang berfungsi sebagai tempat menyimpan mayat
disebut dengan kuburan batu. Lokasi penemuan dolmen antara lain Cupari Kuningan
/ Jawa Barat, Bondowoso / Jawa Timur, Merawan, Jember / Jatim, Pasemah / Sumatera,
dan NTT.
4.Waruga
Waruga adalah peti kubur
peninggalan budaya Minahasa pada zaman megalitikum. Didalam peti pubur batu ini
akan ditemukan berbagai macam jenis benda antara lain berupa tulang- tulang
manusia, gigi manuisa, periuk tanah liat, benda- benda logam, pedang, tombak,
manik- manik, gelang perunggu, piring dan lain- lain. Dari jumlah gigi yang
pernah ditemukan didalam waruga, diduga peti kubur ini adalah merupakan wadah
kubur untuk beberapa individu juga atau waruga bisa juga dijadikan kubur
keluarga (common tombs) atau kubur komunal. Benda- benda periuk, perunggu,
piring, manik- manik serta benda lain sengaja disertakan sebagai bekal kubur
bagi orang yang akan meninggal.
5.Peti kubur
Peti kubur adalah peti mayat
yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu dibuat dari lempengan/papan batu
yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan alas dan
bidang atasnya juga berasal dari papan batu.
Daerah penemuan peti kubur
adalah Cepari Kuningan, Cirebon (Jawa Barat), Wonosari (Yogyakarta) dan Cepu
(Jawa Timur). Di dalam kubur batu tersebut juga ditemukan rangka manusia yang
sudah rusak, alat-alat perunggu dan besi serta manik-manik. Dari penjelasan
tentang peti kubur, tentu Anda dapat mengetahui persamaan antara peti kubur
dengan sarkofagus, dimana keduanya merupakan tempat menyimpan mayat yang
disertai bekal kuburnya
Zaman batu neolitikum
A.pengertian zaman batu
neolitikum
Ada dikatakan bahwa neolithikum itu adalah suatu revolusi yang
sangat besar dalam peradaban manusia. Perubahan besar ini ditandai dengan
berubahnya peradaban penghidupan food-gathering menjadi foodproducing. Pada
saat orang sudah mengenal bercocok tanam dan berternak. Pertanian yang mereka
selenggarakan mula-mula bersifat primitif dan hanya dilakukan di tanah-tanah
kering saja. Pohon-pohon dari beberapa bagian hutan di kelupak kulitnya dan
kemudian dibakar. Tanah-tanah yang baru dibuka untuk pertanian semacam itu
untuk beberapa kali berturut-turut ditanami dan sesudah itu ditinggalkan.
Orang-orang Indonesia zaman
neolithikum membentuk masyarakat-masyarakat dengan pondok-pondok mereka
berbentuk persegi siku-siku dan didirikan atas tiang-tiang kayu, dinding-dindingnya
diberi hiasan dekoratif yang indah-indah, Walaupun alat-alat mereka masih
dibuat daripada batu, tetapi alat-alat itu dibuat dengan halus, bahkan juga
sudah dipoles pada kedua belah mukanya.
B. ALAT-ALAT ZAMAN NEOLITHIKUM
Pada zaman neolithikum ini alat-alat
terbuat dari batu yang sudah dihaluskan.
1. Pahat Segi Panjang
Daerah asal kebudayaan pahat segi
panjang ini meliputi Tiongkok Tengah dan Selatan, daerah Hindia Belakang sampai
ke daerah sungai gangga di India, selanjutnya sebagian besar dari Indonesia,
kepulauan Philipina, Formosa, kepulauan Kuril dan Jepang.
2. Kapak Persegi
Asal-usul penyebaran kapak persegi melalui suatu migrasi bangsa
Asia ke Indonesia. Nama kapak persegi diberikan oleh Van Heine Heldern atas dasar
penampang lintangnya yang berbentuk persegi panjang atau trapesium. Penampang
kapak persegi tersedia dalam berbagai ukuran, ada yang besar dan kecil. Yang
ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul/pacul.
Sedangkan yang ukuran kecil disebut dengan Tarah/Tatah dan fungsinya sebagai
alat pahat/alat untuk mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya pahat.
Bahan untuk membuat kapak tersebut selain dari batu biasa, juga dibuat dari
batu api/chalcedon. Kemungkinan besar kapak yang terbuat dari calsedon hanya
dipergunakan sebagai alat upacara keagamaan, azimat atau tanda kebesaran. Kapak
jenis ini ditemukan di daerahi Sumatera, Jawa, bali, Nusatenggara, Maluku,
Sulawesi dan Kalimantan.
3. Kapak Lonjong
Sebagian besar kapak lonjong dibuat dari batu kali, dan warnanya
kehitam-hitaman. Bentuk keseluruhan dari kapak tersebut adalah bulat telur
dengan ujungnya yang lancip menjadi tempat tangkainya, sedangkan ujung lainnya
diasah hingga tajam. Untuk itu bentuk keseluruhan permukaan kapak lonjong sudah
diasah halus.
Ukuran yang dimiliki kapak lonjong
yang besar lazim disebut dengan Walzenbeil dan yang kecil disebut dengan
Kleinbeil, sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi. Daerah
penyebaran kapak lonjong adalah Minahasa, Gerong, Seram, Leti, Tanimbar dan
Irian. Dari Irian kapak lonjong tersebar meluas sampai di Kepulauan Melanesia,
sehingga para arkeolog menyebutkan
istilah lain dari kapak lonjong dengan sebutan Neolithikum Papua.
4. Kapak Bahu
Kapak jenis ini hampir sama seperti kapak
persegi, hanya saja di bagian yang diikatkan pada tangkainya diberi leher.
Sehingga menyerupai bentuk botol yang persegi. Daerah kebudayaan kapak bahu ini
meluas dari Jepang, Formosa, Filipina terus ke barat sampai sungai Gangga.
Tetapi anehnya batas selatannya adalah bagian tengah Malaysia Barat. Dengan
kata lain di sebelah Selatan batas ini tidak ditemukan kapak bahu, jadi
neolithikum Indonesia tidak mengenalnya, meskipun juga ada beberapa buah
ditemukan yaitu di Minahasa.
5. Perhiasan (gelang dan
kalung dari batu indah)
Jenis perhiasan ini banyak di
temukan di wilayah jawa terutama gelang-gelang dari batu indah dalam jumlah
besar walaupun banyak juga yang belum selesai pembuatannya. Bahan utama untuk
membuat benda ini di bor dengan gurdi kayu dan sebagai alat abrasi (pengikis)
menggunakan pasir. Selain gelang ditemukan juga alat-alat perhisasan lainnya
seperti kalung yang dibuat dari batu indah pula. Untuk kalung ini dipergunakan
juga batu-batu yang dicat atau batu-batu akik.
6. Pakaian dari kulit kayu
Pada
zaman ini mereka telah dapat membuat pakaiannya dari kulit kayu yang sederhana
yang telah di perhalus. Pekerjaan membuat pakaian ini merupakan pekerjaan kaum
perempuan. Pekerjaan tersebut disertai pula berbagai larangan atau pantangan yang
harus di taati. Sebagai contoh di Kalimantan dan Sulawesi Selatan dan beberapa
tempat lainnya ditemukan alat pemukul kulit kayu. Hal ini menunjukkan bahwa
orang-orang zaman neolithikum sudah berpakaian.
7. Tembikar (Periuk
belanga)
Bekas-bekas yang pertama ditemukan tentang adanya barang-barang
tembikar atau periuk belanga terdapat di lapisan teratas dari bukit-bukit
kerang di Sumatra, tetapi yang ditemukan hanya berupa pecahan-pecahan yang
sangat kecil. Walaupun bentuknya hanya berupa pecahan-pecahan kecil tetapi
sudah dihiasi gambar-gambar. Di Melolo, Sumba banyak ditemukan periuk belanga
yang ternyata berisi tulang belulang manusia
sumber: http://muhammadfahrizal16.blogspot.co.id/